Sunday, November 30, 2008 

Moved!

This site has been moved to a new home
at http://naked-traveler.com

For those who already subscribed the previous RSS feed, kindly please change to the new one.
Please bear with me as I'm still working on it.
Feel free to give your feedback.

Keep reading... keep traveling!

Thank you.

cheers,
/
Trinity
with the help of Suparman & Ibab


Thursday, November 27, 2008 

TNT t-shirt and autographed book are on sale now!

Dear NT-ers,

Kabar gembira!
Atas permintaan banyak kalangan (ciyee!), The Naked Traveler akhirnya memproduksi T-Shirt yang bisa dipake siapapun dan kapanpun. Cocok nih buat traveling tanpa naked tapi tetap nekad! :)

ADULT t-shirt
Material: cotton (katun, kualitasnya bagus, bahannya halus dan nggak bikin gerah)
Color: white or black (hitam atau putih)
Size: S, M, L, XL (saya sih pake L :p)
Note: for red, yellow, blue, and green color, only available in size of 'all-size' (M)
Price: Rp 70,000,-/pc

KIDS t-shirt

Material: cotton
Color: white, black, red, yellow, blue, green, pink, purple
Size: baby, S, M, L (contoh: anak umur 1-2 tahun pake S)
Price: Rp 55,000/pc

Haven't got The Naked Traveler book yet? Save the shipping cost by bundling with TNT book!
- Book with Trinity's original signature = Rp 50,000/pc

- Book without signature = Rp 40,000/pc (incl. discount 10%. Kalo di toko buku Rp 44,500/pc lho!)
Contoh: 1 kaos adult + 1 buku bertandatangan totalnya Rp 130,000 + ongkos kirim seperti tercantum di bawah.

Shipping Cost (up to 3 pcs t-shirts/books):
Bandung 12,000 Makasar 22,000
Bekasi 10,000 Semarang 13,000
Bogor 10,000 Surabaya 14,000
Denpasar 16,000 Tangerang 8,000
Depok 9,000 Yogyakarta 13,000
Jakarta 8,000
All items will be sent every Monday, it should take less than a week to arrive at your door.
More than 3 pcs t-shirts/books or shipping to other city/country, please email me.

For questions and ordering, please email to: naked.traveler@gmail.com
State: item(s), quantity, color, size, complete name, complete address, and your phone number.

Transfer to:
Bank Central Asia (BCA)
KCP Prapatan 1, Kwitang, Jakarta
Acct. No: 6860158734
a/n: H. Siti Rohana Taufik

Then please send your copy of bank transfer to:
naked.traveler@gmail.com
or fax to 021-31900866.

Thank you!

/Trinity


*picture is sample of TNT t-shirt, color: white, size: L


Monday, November 24, 2008 

Diajak ciuman cowok Pilipin?

Setelah saya tinggal setahun di Filipina, saya lebih memperhatikan perangai dan budayanya yang tak kalah lucu dibanding pengamatan pertama saya 4 tahun yang lalu. Pertama, ternyata tidak semua orang Filipina ngomong 'p' dan 'f' ketuker-tuker, terutama orang yang well-educated dan tinggal di ibu kota. Buktinya teman sekolah saya ngomongnya bener semua tuh. Tapi sekalinya parah, ya parah banget. Masa restoran yang terletak di pusat bisnis Makati pada menunya tertulis ‘beep noodle’? Kalau saya traveling ke daerah sih teteup bikin ngakak meski saya tidak tertipu lagi. Saat membeli sesuatu, saya menjadi ‘maklum’ ketika mereka menyebut harga ‘porty’ atau ‘sebenty paib’. Yang bikin saya guling-guling ketawa adalah ketika nonton pemilihan Miss Philippines di TV. Salah seorang kandidat diwawancara dan itu cewek menjawab begini, “I’m so froud to be one of the tof paib” (maksudnya “I’m so proud to be one of the top five”). Huahaha! Tapi siapapun dia, teteup ‘v’ berubah jadi ‘b’. Saya aja jadi ketularan ngomong "thank you bery bery much"- pake ‘b’!

Semua orang bisa berbahasa Inggris karena sistem pendidikannya mengikuti sistem Amerika dan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dari TK sampai Universitas. Meskipun demikian, sehari-hari mereka berbicara salah satu bahasa daerah (Tagalog, Cebuano, Visayan) sebagai bahasa gaul. Tak heran bahasa Inggris-nya medok, misalnya bilang “hand” dengan ’a’ yang diucapkan ‘aa’. Saya aja masih jengah kalau ada yang ngomong “Please fax me back” karena menyebut “fax”-nya dengan ‘a’ yang lebar, sampe terdengar seperti “f*ck”. Nah, saya juga baru tau kenapa mereka suka ngomong ketuker-tuker p,f,v,b karena dalam bahasa Tagalog tidak ada abjad ‘f’ dan ‘v’ (dan juga c, x, q, z), ada kemungkinan juga karena pengaruh orang Spanyol yang dulu menjajah mereka. Pantess! Bahasa Inggris mereka pun sepertinya adalah terjemahan dari Tagalog. Contohnya, mereka bilang ‘close’ dan ‘open’ untuk mematikan dan menyalakan lampu, dan bilang ‘for a while’ untuk menyuruh seseorang menunggu. Lucunya, masih ada orang yang bilang ‘kodakan’ untuk memotret dan ‘colgate’ untuk pasta gigi – karena di sana dua merk itu yang terkenal dan sudah menjadi top of mind.

Orang Pilipin doyan banget makan, pantas saja negara itu urutan kedua di Asia yang penduduknya tergendut. Inilah tipikal joke orang sana, "I'm on a seafood diet.” Apaan tuh? Jawabnya,"When I see food, I eat it!". Gimana ngga, urutan makannya: breakfast, snack, lunch, merienda, dinner, bed time snack - mereka menyebutnya sebagai ‘6 meals a day ritual’. Setiap restoran berlomba-lomba menyediakan menu andalan yang bukan hanya makanan utama, contohnya menu merienda alias makanan ringan sore, seperti mie goreng, lumpia goreng, dan roti manis – lah, ‘berat’ juga kan! Mereka pun makan nasinya lebih parah daripada kita. Kalau makan ngga ketemu nasi, sistem di tubuh mereka tidak berfungsi. Menu sarapan aja ya nasi semua: nasi pake kornet, nasi pake sosis, nasi pake ikan asin – plus telor ceplok dengan kuning telor yang masih 'blenyek'. Yang parah, makan steak juga pake nasi. Jadi kalau di restoran, meskipun restoran kelas atas, pilihan side dish-nya adalah french fries atau nasi! Soal selera rasa, mereka doyan manis. Sambal botol tidak default yang ditaro di meja restoran, tapi banana sauce (saos pisang yang sama-sama berwarna merah tapi lebih manis daripada saos tomat) yang ditaro di makanan apapun. Hanya di Filipin lah jaringan restoran lokal Jollibee yang bisa mengalahkan McDonald’s karena... rasa burger dan spaghetti-nya manis! O ya, bila selesai makan dan minta bon kepada pelayan, biasanya bahasa kode kita dari jarak jauh adalah seperti menulis pake bolpen di udara. Sedangkan kode mereka adalah membentuk kotak di udara dengan menggunakan kedua jari telunjuk.

Soal perangai, yang sama banget dengan orang kita adalah berkomentar soal fisik bila sudah lama tidak ketemu dengan seseorang, contohnya: “Oh you are thinner now” atau “Oh you look fat now”. Sama seperti kita yang sering berkomentar, “Kok kurusan sekarang?” atau “Gendut banget lo sekarang!”. Penting ga sih? Mereka juga orang yang santai kayak kita dan doyan jam karet. Kalau ada acara, mesti ditulis sejam sebelumnya. Yang sama lagi adalah mereka doyan banget ke mall. Meski Filipina termasuk salah satu negara dengan indeks human development terendah, tapi 4 dari 10 mall terbesar di dunia ada di Filipina lho! Yang paling lucu adalah cara mereka menunjuk sesuatu. Bukannya pake jari telunjuk, tapi memonyongkan bibir mengikuti arah benda yang ditunjuk! Suatu hari di dalam kelas, seorang teman cowok orang Pilipin yang ganteng itu diam-diam memberi kode dengan memandang saya lama sambil memonyongkan bibirnya ke depan dan ke kanan berkali-kali. Wah, kok ‘kasar’ banget caranya? Muka saya pun memerah. Saya pikir ngajak ciuman... nggak taunya ngajak cabut ke luar kelas dan pintunya berada di kanan kami! Hehe!

Filipinos don’t smell like human! Mereka tidak berbau manusia melainkan... bau parfum! Maklumlah karena mereka sangat mementingkan kebersihan dan bau badan, sehingga doyan mandi berkali-kali dan pake parfum seember. Karena orang Filipin tidak mau diasosiasikan dengan bau, mereka bahkan menyebut toilet dengan ‘Comfort Room’ atau disingkat ‘CR’ – maksudnya tempat untuk membuat orang nyaman, tidak mau disebut sebagai tempat buang air kecil maupun besar yang ‘mengeluarkan’ bau. Jadi kalau di sana mau cari toilet umum, carilah signage yang bertuliskan ‘CR’. Tapi jangan kaget saat jam makan siang, CR pasti penuh orang sikat gigi! Ritual sikat gigi sehabis makan siang adalah salah satu aktifitas yang dilakukan mereka akibat parno dengan bau. Sampe saya risih kalo mau cuci tangan di CR karena ‘berebutan’ wastafel dengan orang yang berkumur-kumur dan asik hoek-hoek meludah.


Monday, November 10, 2008 

Kelaparan di tengah taifun dan kudeta

Sebagai seorang yang tinggal di ibukota Jakarta, saya menjadi bagian dari 'saksi sejarah' dengan kondisi politik dan alam yang kacau, mulai dari kerusuhan 1998, tiga kali pemboman, puluhan kali demo, sampai banjir. Mungkin karena berada di ‘kandang sendiri’ membuat saya tahu apa yang harus dilakukan. Nah kalau di negara orang? Saya pernah sih sekali terjebak di tengah demo di Syntagma Square, Athena, sehingga jalan ditutup padahal saya harus ke bandara untuk mengejar pesawat pulang, untunglah pemerintahnya menyediakan alternatif kendaraan umum. Tapi ketika saya memutuskan untuk ke Filipina, saya sudah terbayang akan menghadapi badai taifun dan siap dengan keadaan politiknya yang ‘beti-beti’ dengan negara kita.

Tanggal 2 Desember 2004, saya, Jade dan Nina sedang berlibur di Boracay, Filipina. Siang itu saya dan Jade mau ikut trip diving dan sedang memasang peralatan. Tiba-tiba angin datang sangat kencang sehingga kertas beterbangan dan pasir terbang hebat di udara sampai bikin mata kelilipan. Seorang Satpam berteriak, “Typhoon! Typhoon!!”. Karena tak tahu apa yang harus kami perbuat dan tak familiar dengan keadaan seperti ini, otomatis kami semua tengkurap di lantai! Dive Master malah mengajak kami segera berjalan menuju kapal, “It’s just wind and drizzle,” katanya. Oh bukan taifun kali, pikir kami. Tapi ombak tak menipu, kapal tergoncang di tengah laut sampai kepala saya kejedot kapal ketika turun ke laut. Di dalam air memang tidak terasa apa-apa kecuali visibility yang kurang baik, tapi begitu naik ke kapal tetap bergoncang hebat sampai Jade pun muntah. Masih belum kapok, kami bertiga tetap melaksanakan acara berenang di pantai yang tiba-tiba sepi tak ada orang, kecuali para kite surfer yang terbang-terbang di atas laut. Kami hanya tertawa melihat laut yang biasanya super tenang malah jadi berombak dan pohon kelapa jadi miring, belum lagi terdengar suara menderu-deru angin kencang. Sampai di penginapan, barulah kami sadar bahwa Filipina sedang dilanda taifun setelah resepsionis memberitahu.

Kami segera menyalakan TV, sialnya semua channel dalam bahasa Tagalog! Katanya taifun dalam keadaan “Signal Number 2” yang artinya apa kami tidak tahu, yang jelas kecepatan anginnya mencapai 185 km/jam. Wah, lebih cepat daripada mobil ngebut! Dan kami pun mendengar bunyi halilintar menggelegar disertai dengan hujan maha deras. Karena lapar, kami nekat hujan-hujanan keluar untuk cari makan. Di bar Summer Place yang terletak persis di sebelah penginapan, kami hanya duduk bengong karena hanya ada segelintir orang. Pembicaraan di bar pun berkisah tentang badai taifun yang melanda Filipina. Ada bule yang terjebak di Boracay sampai 2 hari dan tidak bisa ke mana-mana, malah kata si bartender kemungkinan pesawat besok juga tidak ada yang bisa terbang. Waduh, gawat ini! Jam 12 kami pun pulang dan sibuk merencanakan plan A, B, C, kalau seandainya kita tidak bisa pergi ke mana-mana karena taifun. Untunglah keesokan harinya pesawat ke Manila tetap berangkat meskipun delay berjam-jam menunggu keadaan aman.

Dua kali lagi saya mengalami taifun saat saya tinggal di Filipina, yaitu tanggal 15 Agustus 2007 bernama Typhoon Sepat dan 26 November 2007 bernama Mitag (entah bagaimana mereka menamakan taifun). Dasar sekolah saya yang ketat, tidak pernah ada acara diliburkan. Paling hanya siswa yang tinggal jauh di luar asrama yang terlambat datang. Jadi tiap ada taifun, 3 hari 3 malam langit gelap gulita dan hujan maha deras, tapi saya tidak tahu apa yang terjadi di luar sana. Yang jelas, bolak-balik saya dan teman-teman ditelepon keluarga di rumah karena berita mengenai taifun melanda Manila masuk di CNN.

Di Filipina pula lah saya mengalami apa yang namanya ‘kudeta’ yang artinya adalah ‘penggulingan kekuasaan secara paksa, biasanya secara keras oleh golongan tertentu yang kebanyakan dari militer’. Tanggal 29 November 2007, lagi asik-asiknya nongkrong di pinggir kolam renang kampus, tiba-tiba seeorang berlari ke arah saya dan berteriak, “Ku ku ku! There’s ku!”. Kirain apaan ‘kukuku’, ngga taunya coup (dalam bahasa Inggris dibaca ‘ku’) atau coup d’etat alias kudeta. Hah? Seorang dosen memberi tahu bahwa sekarang sedang terjadi kudeta oleh militer yang ingin menggulingkan pemerintahan Gloria Macapagal-Arroyo dan berada hanya beberapa blok dari kampus. Ia menjelaskan lagi bahwa 30 tahun yang lalu pernah terjadi kudeta juga dan kampus kami dijadikan basis para tentara sehingga terjadi tembak-menembak yang membahayakan siswa. Makanya berkaca dengan pengalaman dulu dan berbicara secara konservatif maka saat ini juga semua penghuni asrama harus segera packing untuk 3 hari dan berkumpul di lobi untuk dievakuasi ke luar kota! Hah?

Gubrak-gubruk, semua orang berlari ke kamar masing-masing sampai lift pun penuh dan banyak yang memilih naik tangga darurat. Sialnya, saat itu kaki saya sedang bengkak karena keseleo dan berjalan pun memakai tongkat. Teman sekamar saya, Alda baru saja keluar dari RS akibat operasi usus buntu dan Thi Met sedang hamil. Bertiga kami tertatih-tatih packing ini dan itu, lalu turun. Bus sudah disiapkan di halaman kampus dan kami akan dibawa ke rumah seseorang di luar Manila. Saya mencoba meng-SMS ibu di Indonesia, tapi rupanya network sedang kacau sehingga tak ada sinyal. Baru saja mau berangkat tiba-tiba terdengar bunyi tembakan dari kejauhan. DOR! DOR! DOR! Saya menahan napas. Jantung saya tambah berdebar-debar. Semuanya pun menjadi sunyi beberapa saat. “Wait,” kata si dosen. TUT-TUT... SMS masuk ke handphone si dosen. Kudeta telah berhasil digagalkan oleh pemerintah, begitu bunyinya. Yaah... antiklimaks, kami pun disuruh tinggal di kamar masing-masing dan diumumkan bahwa 3 hari ke depan diberlakukan jam malam. Tapi malam itu saya kelaparan, sialnya semua bisnis tutup dan area Makati dijaga ketat oleh pasukan keamanan. Dengan menggeret beberapa teman, kami nekat berjalan kaki di kesunyian malam untuk nebeng makan di apartemen teman... sambil membawa paspor. Uh, rasanya seperti di jaman G30S!

Catatan:
- Taifun 2 Desember 2004 adalah Typhoon Nandamol yang melanda Pulau Luzon, Filipina, dan menewaskan lebih dari 400 orang. Saat itu kami berada di Pulau Boracay (lihat foto di atas), 315 km selatannya ibukota Manila yang terletak di Pulau Luzon.
- Kudeta 29 November 2007 dipimpin oleh Sen. Antonio Trillanes IV and Army Brig. Gen. Danilo Lim dan terjadi di hotel The Peninsula Manila, Makati.


Monday, November 03, 2008 

Pagoda harum, candi sungai, dan candi gigi

Salah satu tujuan wisata adalah tempat peribadatan agama yang berusia ratusan tahun, dimana di Asia didominasi oleh bangunan umat Buddha. Saking banyaknya, terus terang saya tidak ingat namanya satu per satu, tapi saya masih ingat 3 tempat ini karena sangat unik dan ‘lucu’.

Chua Huong, Vietnam
Chua Huong dibahasainggriskan menjadi Perfume Pagoda. Saya pikir unik juga nih, pagodanya bisa mengeluarkan bau harum. Saya pun memutuskan untuk day trip ke sana, 2 jam naik van dari Hanoi sampailah ke Ben Duc yang terletak di pinggir sungai. Kami ber-15 orang umplek-umplekan naik kapal kecil terbuat dari tembaga pipih berwarna merah marun dan didayung oleh dua orang ibu-ibu memakai topi caping; satu di depan satu dengan posisi duduk dan satu di belakang dengan posisi berdiri. Menyusuri sungai Yen merupakan highlight dari perjalanan menuju Chua Huong karena pemandangannya yang indah dan berkesan mistis. Tak terdengar suara apapun selain bunyi dayung memecah air, perlahan-lahan melewati pegunungan berkabut bersama ratusan kapal kecil lainnya selama 1,5 jam. Rasanya bagikan tentara perang Cina ratusan tahun lalu yang menyusup diam-diam ke daerah lawan! Tapi begitu mendarat, kesan mistis berubah menjadi hiruk pikuk dan menggelikan karena terdapat sederetan warung makan yang menggantung tubuh hewan yang sudah dikuliti dan siap untuk dimakan, seperti rusa, kelinci, kucing, anjing. Hiii! Untuk mencapai pagoda, orang harus trekking lagi ke puncak gunung selama beberapa jam, tentulah saya yang pemalas memilih untuk naik cable car. Dari sana saya berjalan kaki sambil berdesak-desakan dan sikut-sikutan dengan sejuta umat sehingga saya terikut arus lautan manusia. Wah, pasti bagus banget nih mengingat perjuangannya yang susah bener. Akhirnya sampai juga di sebuah gua besar... oke, ada stalaktit dan stalagmit... altar... dan patung perunggu setinggi satu meter! Yaah... antiklimaks deh! Memang tak jauh dari situ ada beberapa pagoda, tapi biasa saja.
Jadi pagoda ini harum kah? Nggak tuh. Rupanya karena pagoda ini terletak di Huong Tich Son yang berarti mountain perfume, maka disebutlah sebagai Perfume Pagoda, padahal artinya adalah ‘pagoda di gunung parfum’! Halah!

Kbal Spean, Kamboja
Tak banyak orang yang ke Angkor Wat pergi ke Kbal Spean (disebut sebagai river of a thousand lingas), saya aja taunya dari tukang ojek. Angkor Wat memang spekatakuler tapi saya bosan juga selama 2 hari melihat kompleks candi yang maha besar dan indah itu. Hari ketiga dengan naek ojek saya dibawa ke Kulen National Park, 25 km utaranya Angkor Wat. Duh, jalan ke sananya bener-bener off road, melewati kampung-kampung tradisional, sawah-sawah, malah 5 km terakhir jalannya cuma tanah coklat dan sangat berdebu sampe saya megeh-megeh. Penderitaan belum berakhir, begitu sampai di sana, saya harus trekking ke dalam hutan. Uh, ngeri juga ada landmines (ranjau ex jaman perang dulu), sehingga saya jalan benar-benar mengikuti path yang sudah ada, tidak berani melipir ke kanan dan ke kiri – saya jadi ingat tukang jualan di parkiran yang kaki atau tangannya buntung kena ranjau. Sejam trekking yang bikin ngos-ngosan, akhirnya sampai juga di sungai Stung Kbal Spean. Apa uniknya? Di sungai dengan air yang jernih ini terdapat bebatuan yang diukir bentuk relief yang dibangun pada abad 11 di sepanjang alirannya. Reliefnya ini bukan sekedar motif biasa tapi berupa lingga dan yoni alias simbol alat kelamin manusia! Memang bagus dan sangat menarik, cuman saya jadi mikir... yang bikin iseng banget ya? Apa nggak susah tuh memahat batu di dalam sungai? Lebar sungai sih cuma 4 meter, tapi kedalaman maksimum 2 meter (pasti pemahatnya jago berenang). Rupanya Raja Suryavarman I membuatnya dengan tujuan untuk ‘menyuburkan’ aliran sungai selayaknya kesuburan manusia yang dilambangkan dengan alat kelamin, sehingga dapat terus mengaliri kompleks Angkor Wat dan ke sawah-sawah penduduk. Namun entah mengapa dan sejak kapan, setiap bulan Februari dan April air sungainya kering ring ring, jadi garing abis untuk dikunjungi. Yaah, masih kurang ‘subur’ dong!

Sri Dalada Maligawa, Sri Lanka
Nama candi ini memang keren, tapi terjemahan bahasa Inggrisnya adalah The Temple of the Sacred Tooth Relic, disingkat Temple of the Tooth, alias ‘candi gigi’. What’s so special about tooth? Pikiran inilah yang membawa saya ke kota Kandy di Sri Lanka. Kota kecil ini masih dipenuhi oleh pepohonan besar dan lebat… dan banyak monyetnya! Saya sampe nggak berani buka jendela kamar di hotel Thilanka (yang punya hotel kayaknya cadel) tempat saya menginap, karena seringnya tu monyet nongkrong di balkon. Kandy pada tahun 1592-1885 adalah ibu kota Kerajaan Sinhala yang disebut dalam cerita Mahabarata (nama raja terakhirnya tak kalah serem: Sri Vickrama Rajasingha). Candi ini terletak di dalam kompleks kerajaan, tapi bangunannya biasa saja: rumah dengan dinding warna putih dan atap merah. Jadi kenapa disebut candi gigi? Rupanya di situlah terletak salah satu giginya Sang Buddha, atau lebih tepatnya gigi taring atas kirinya. Konon gigi itu dicolong orang pada saat beliau terbaring di atas tumpukan kayu kremasinya dan dibawa ke Sri Lanka pada abad ke-4 dengan cara disembunyikan di dalam rambut Ratu Hemamali. Ada kepercayaan bahwa siapapun yang dapat memegang gigi ini maka ialah yang berkuasa atas pemerintahan, jadi raja-raja jaman dulu mempertahankannya dengan penuh perjuangan. Saya pikir saya bisa lihat gigi sakti tersebut, nggak taunya giginya ditaro di dalam kotak perhiasan di altar tinggi tertutup kain merah keemasan dan dua buah gading gajah di sisinya. Katanya setahun sekali gigi dikeluarkan dalam festival Esala Perahera, tapi sejak candi ini dibom pemberontakan Tamil maka sejak tahun 1990 gigi tetap tersimpan di dalam. Yaah...


No Nudity Here!

  • naked: devoid of concealment or disguise
  • Pronunciation: 'nA-k&d, esp Southern 'ne-k&d
  • (From Merriam-Webster Online)

Who's Naked?

    Hi, I am Trinity, an ordinary woman in Jakarta who loves traveling. This is my journal and thoughts collected from my trips around the globe and across my lovely country, Indonesia.
    E-mail me at naked.traveler@gmail.com

    Keep informed on The Naked Traveler news and events, add me as your friend at:
    Profil Facebook Trinity Traveler
    Share your travel stories or get info from the real travelers here

    Subscribe to nakedtraveler

    Powered by us.groups.yahoo.com

    You are naked number .

Naked Me More

     
    Web
    The Naked Traveler

Naked Book

    Get "The Naked Traveler (Catatan Seorang Backpacker Wanita Indonesia Keliling Dunia)" book now in your nearest book stores! Bondan Winarno said,"...memikat. Ada kejujuran dalam mengungkapkan apa yang dirasakan, tidak hanya yang dilihat..."
    For more info, please click here.

NakedShout

Kinda Cool Links


    Lowongan Kerja Minyak dan Gas

Powered for Blogger
by Blogger Templates